Keluarga, terutama orang tua merupakan lembaga pendidikan yang pertama bagi anak. Keluarga merupakan dunia anak pertama, yang memberikan sumbangan mental dan fisik terhadap hidupnya. Melalui interaksi dalam keluarga, anak tidak hanya mengenal dirinya dan orang tuanya melainkan juga mengenal kehidupan masyarakat dan alam sekitarnya.
Orang tua sebagai pendidik betul-betul merupakan peletak dasar kepribadian anak. Dasar kepribadian tersebut akan berperan selama berlangsungnya kehidupan.
Ketika anak sudah melepas masa balitanya, anak tidak lagi hanya berinteraksi dengan keluarganya. Namun, anak sudah mulai berinteraksi dengan lingkungannya. Pada masa itu, orang tua sudah menyerahkannya kepada sekolah. Usaha pendidikan di sekolah merupakan kelanjutan dari pendidikan dalam keluarga. Sekolah merupakan lembaga sosialisasi kedua setelah orang tua, sehingga mempengaruhi pribadi anak dan perkembangan sosialnya.
Selain lingkungan keluarga dan sekolah, lingkungan masyarakat juga membawa pengaruh pada pembentukan karakter anak. Karakter baik yang sudah ditanamkan oleh orang tua dan guru akan rusak, jika anak masuk ke lingkungan masyarakat yang tidak baik dan tidak sehat. Sebaliknya, jika anak berada pada lingkungan masyarakat yang sehat, maka hal itu akan mendorong pembentukan karakter baik pada anak.
Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa pendidikan bukan saja tanggung jawab perorangan, tapi tanggung jawab bersama antara orang tua,guru,dan masyarakat.
Namun dari ketiga pihak tersebut yang paling menentukan dan membentuk attitude anak tersebut yaitu anak itu sendiri. Karena bagaimanapun setiap anak memiliki caranya sendiri . Bagi mereka yang tidak bisa memahami maksud atas peranan yang didapatnya dari ketiga pihak tersebut dan juga belum bisa memilah mana yang baik dan tidak dari yang dilihatnya di kehidupannya maka bisa saja dia memiliki attitude , karakter yang tidak diinginkan ataupun menyimpang .
Namun dari ketiga pihak tersebut yang paling menentukan dan membentuk attitude anak tersebut yaitu anak itu sendiri. Karena bagaimanapun setiap anak memiliki caranya sendiri . Bagi mereka yang tidak bisa memahami maksud atas peranan yang didapatnya dari ketiga pihak tersebut dan juga belum bisa memilah mana yang baik dan tidak dari yang dilihatnya di kehidupannya maka bisa saja dia memiliki attitude , karakter yang tidak diinginkan ataupun menyimpang .
Anak itu sendirilah nantinya yang akan membentuk attitudenya , mereka yang akan memilih baik atau tidaknya .
“Jangan mengkuatirkan bahwa anak-anak tidak mendengarkan Anda, kuatirkanlah bahwa mereka selalu mengamati Anda” – Robert Fulghum
“Jangan mengkuatirkan bahwa anak-anak tidak mendengarkan Anda, kuatirkanlah bahwa mereka selalu mengamati Anda” – Robert Fulghum
Mengutip apa yang diungkapkan Dorothy Law Nollte:
Jika anak dibesarkan dengan celaan, maka ia belajar memaki
Jika anak dibesarkan dengan permusuhan, maka ia belajar berkelahi
Jika anak dibesarkan dengan cemoohan, maka ia belajar rendah diri
Jika anak dibesarkan dengan penghinaan, maka ia belajar menyesali diri
Jika anak dibesarkan dengan toleransi, maka ia belajar mengendalikan diri
Jika anak dibesarkan dengan motivasi, maka ia belajar percaya diri
Jika anak dibesarkan dengan kelembutan, maka ia belajar menghargai
Jika anak dibesarkan dengan rasa aman, maka ia belajar percaya
Jika anak dibesarkan dengan dukungan, maka ia belajar menghargai diri sendiri
Jika anak dibesarkan dengan kasih sayang dan persahabatan, maka ia belajar menemukan kasih dalam kehidupannya ~